Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, Februari 07, 2008

Continuous Improvement

Kalimat yg menjadi judul postingan kali ini terlontar dari bibir seorang geeks komputer sekaligus orang terkaya dunia -- Bill Gates, pemilik raksasa software Microsoft.
Kali ini saya akan menghubungkan nya dengan salah satu issue ketertarikan saya -- "Law of Attraction"--

Awalnya, Law of Attraction (LoA) berkaitan dengan cara kerja pikiran dalam menarik berbagai hal yang diharapkan dalam kehidupan nyata. Sedemikian hingga issue ini "membesar" bak bola salju secara tak terkendali, sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan pengertian yang dangkal dari para pembaca (yg mengetahui:Red), sehingga bagi kami terkesan hiperbolik


Kesalahan pemahaman (bias) ini bisa sangat fatal mempengaruhi mentalitas, dikarenakan pameo terkenal dari prinsip ini -- bahwa, anda cukup 'mengkhayal' saja, maka segala keinginan anda akan terwujud dengan sendirinya memanfaatkan prinsip "attraction" .
Dalam perkembangannya prinsip ini telah dirumuskan ke berbagai macam metode oleh para praktisi-nya.seperti kita ketahui secara umum, modal utama manusia untuk sukses adalah akal dan badan. Mind and body kata orang inggris.
Sementara itu, Law of Attraction lebih banyak berfokus pada fenomena alam berpikir. Dari sini saja, bagi orang orang yang berpikir bisa memahami bahwa peran Law of Attraction barulah setengah saja dalam menciptakan keberhasilan keinginan kita. Setengahnya lagi, adalah badan kita alias (singkatnya) tindakan atau action.

Law of Attraction adalah tentang pikiran. Artinya, ia tidak lepas dari paradigma akal yang fungsinya adalah menimbang dan memilih. Bicara tentang akal, maka pertanyaan yg muncul kemudian bisa sederhana ; .." masuk akalkah jika kita menginginkan sesuatu, kemudian badan kita tinggal diam dan bersiap menerima saja..? "

sedikit OOT, -- - kebetulan kami dibesarkan dalam lingkungan islam, maka ada baik nya kami mengutip beberapa ayat Al-Quran terkait dengan issu ini, diantara nya mungkin berfungsi sebagai 'peringatan' bagi kita;

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"

Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"

Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?"

"Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." (QS. Al-Mu’minuun, 23: 84-90)

Dalam ayat di atas, Allah bertanya kepada manusia, "…maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?.
Kata disihir atau tersihir di sini mempunyai makna kelumpuhan mental atau akal yang menguasai manusia secara menyeluruh. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir berarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan menjadi kabur, berperilaku sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan di depan matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang sederhana sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk memahami peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak mampu melihat bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang ada. Apa yang menyebabkan masyarakat secara keseluruhan tenggelam dalam kehidupan yang melalaikan selama ribuan tahun serta menjauhkan diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi adalah kelumpuhan akal ini
Di bawah ini satu contoh yang mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana "kondisi lalai" dapat mempengaruhi sarana berpikir manusia dan melumpuhkan kemampuan akalnya.

Manusia mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir sangat cepat. Anehnya, masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah mereka tidak akan pernah meninggalkan dunia. Mereka melakukan pekerjaan seakan-akan di dunia tidak ada kematian.
Sungguh, ini adalah sebuah bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara turun-temurun. Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada yang berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan topik tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu mereka dan tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang mengabiskan seluruh hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan musim panas, mobil dan kemudian menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin berpikir bahwa pada suatu hari mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa mobil, rumah, ataupun anak-anak beserta mereka. Akibatnya, daripada melakukan sesuatu untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak berpikir tentang kematian.

Namun, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.

Orang-orang yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir dengan cara berpikir, yang mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian, akan melihat kebenaran dengan mata kepala mereka sendiri setelah mereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah kepada kita dalam Al-Qur'an :

"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." (QS. Qaaf, 50: 22)

Dalam ayat di atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak mau berpikir, akan tetapi penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan dari alam kubur dan ketika mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di akhirat.

Perlu digaris bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya secara sengaja untuk dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan hal ini mereka akan hidup dengan tentram.

Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah bagi seseorang untuk merubah kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan mental atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia yang merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu sihir pada saat mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan memahami tujuan dan makna yang hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia pun akan mampu memahami kebijaksanaan dari apapun yang Allah ciptakan setiap saat.
(Harun Yahya -- dalam bukunya ; bagaimana seorang muslim berpikir)

LoA sebenarnya hanyalah sebuah issu lama dalam kemasan baru dari 'dunia barat' tentang kehidupan, pada dasarnya fokus tentang pikiran dapat membawa kenyataan telah menjadi bahan ajaran maupun diskusi yang masuk dalam ranah spiritual, yg telah dikenal luas di dalam khazanah budaya esoteris ketimuran.

Tindakan nyata dalam hal ini tetap menjadi acuan dari segala keinginan kita.
Semoga kita dijauhkan dari orang orang lalai.

Wallahualam Bisshowab.

Cy


Tidak ada komentar: