Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, Mei 03, 2008

Cara Baru Hadapi Global warming

Sungguh apa yang akan saya tulis disini adalah 'point for sharing' terhadap artikel Mba Dee ~~ itu lho..pengarang/penulis buku laris, SUPERNOVA - Filosofi Kopi - Serial AKAR ~~
beliau termasuk penulis mahir yang saya kagumi -- bahasanya lumayan enak VS berat (seimbang) sama kaya' Mas Eka Budianta


sebelumnya saya akan kutip dulu sedikit tulisan beliau ;

"In a way, saya selalu merasa beresonansi kuat dengan pepatah 'setengah serius setengah bercanda' yang berkata: "Man plans, God laughs". Manusia boleh berencana, Tuhan tertawa. But the same divine power had supplied us with survival instinct and also awareness to evolve. So what do we do?.."

dan ini ;

"adakah gunanya menunda? Jika dianalogikan ke dokter gigi, pilih dokter gigi yang bekeja cepat? Atau lambat? Ia bertanya. Karena barangkali sakitnya sama. Bagi saya, pemikiran tersebut merupakan sebuah ‘jebakan klasik’, persis dengan contoh logika perokok yang saya tulis dalam posting "..

juga ini ;

"Pernahkah kita membayangkan, bahwa untuk menyelamatkan Bumi, yang perlu kita perbuat adalah… "tidak berbuat apa-apa"? Sekilas, konsep itu terdengar sangat radikal, bahkan mungkin irasional. Namun sebuah pulau di Indonesia bernama Bali, yang masyhur sebagai tempat bermukimnya para dewa, telah menjalankan konsep hari "tak berbuat apa-apa" secara rutin, selama ratusan bahkan ribuan tahun"...

aniwei..

saya ingin mengambil 'jauh'nya aja..

jika demikian skenario "Global warming" (selanjutnya GB) dan mengikuti prediksi bahwa
Rajendra K. Pachauri, mengatakan bahwa dua atau tiga tahun ke depan ini menjadi penentu masa depan Bumi yang paling kritis.

dan

Jay Zwally, ilmuwan iklim dari NASA memperkirakan es di Arktik akan habis pada musim panas tahun 2012. Waktu kita sungguh tak banyak lagi.

maka dengan eskalasi beban seperti itu mampu dan dapatkah kita mencegah sebuah fenomena ..? dalam hal ini bencana 'sekelas' global warming !! (mode realistis : ON)

menurut hemat kami, jika "kematian' adalah resiko akhir dari segala kemungkinan paling buruk, kemudian adalah masuk diakal kalau kita "oprek" saja arena ini (baca kematian;red) sebagai pengalihan "point of view" masyarakat untuk bagaimana menghadapi dengan waspada issue (GB) ini.

statement diatas mungkin terdengar "pesimistis" tp tidakkah kita amati bahwa mimpi besar akan adanya sebuah hari "DIAM" (ala nyepi)
yang dilakukan seluruh dunia secara serempak adalah operasional pada level spiritual ..?

maksud kami levelnya setara dengan issue nyepi sebab menggerakkan kepada suatu tujuan dari sisi "sacred spirit" manusia dengan kata lain tidak ada (sampai saat ini) yang begitu efektif ~~ efektif dalam arti secepatnya (2012 ya ?...) selain entry point 'spiritual' layaknya nyepi.dibanding fokus tentang masalah masalah teknis

hal ini tidak mengenyampingkan masalah teknis tetapi ke-teknis-an didalam arena issu saat ini tidak menyetuh secara keseluruhan.
jadi tidak di kalahkan keutamaanya dibanding kematian.
dalam tuilsan ini berupa point perhatian.

disisi lain ini juga tidak sama persis dengan ungkapan favorit para perokok: nggak merokok pasti mati, merokok juga mati, jadi buat apa berhenti merokok?

yah..?

dapat saja kita semua katakan bahwa relasi manusia dengan buminya sama sekali bukan relasi terpisah satu sama lain maka pendekatan paling realistis adalah upaya upaya penundaan.

dalam pandangan lain juga bisa kita tafsirkan bahwa bertindak secara -- himbauan/kampanye/slogan/larangan -- adalah conter produktif (paling tidak dalam pandangan kami) dengan alasan "what you resist, Persist" ~~ sedikit menyinggung pesan dalam The secret nya Rhonda Byrne.
sebab (jika kita semua sepakat) penanganan masalah masalah dunia secara global seperti ini (GB ; red) juga selayaknya melibatkan hukum hukumnya (Law of Universe)

model spiritual menurut hemat kami, adalah sikap "bertahan" ala peradaban ~~ monggo kita buka buka lagi arsip arsip tentang peradaban atlantis dan lemuria, machu pichu, inca terlebih lagi ramalan suku mayan.. dlsb ~~

OK kita kembali ke "kematian"

mengapa kematian ..?
berikut adalah alasan alasan kami mengangkat wacana kematian,

* kematian adalah issue yang cukup menohok secara mental dikaitkan dengan upaya untuk menggerakan seseorang kepada sebuah tindakan.

* wacana kematian tidak "susah" lagi kita bangun sebab telah dimulai sejak agama agama muncul (apapun agama anda) dibandingkan
kampanye anti asap / polusi /berhenti berlistrik, berhenti berkendara, berhenti berasap dan lain lain

* kematian agak susah .. sekali lagi agak susah ,.. untuk di politisir kaitannya dengan issue GB

* nyaris semua dari kita mafhum jika berbicara tentang kematian sebagai issue ruang dan waktu ~~ entah dalam dialog spiritual maupun bahasan filosofis

* hampir semua agama mempunyai pemaknaan yang senada terhadap "term" kematian ~~ terlebih lagi juga punya berbagai macam "model" tentang bagaimana alam 'sana' kita sikapi dengan kesadaran saat ini.

* kematian secara esensi hampir mirip tekanan nya dengan isu GB.
hanya saja kematian secara menukik dapat langsung mengena.

* wacana kematian lebih membumi dari GB.. bayangkan anda ngobrol dengan tukang ojek/anak band/sopir angkot tentang GB -- lalu bagaimana tentang kematian..?

demikian berbagai alasan kami tentang wacana kematian jika di bandingkan kampanye kampanye menunda, menahan, menghilangkan (?) global warming..
global warming secara standar saja kurang begitu jelas juntrungannya pada sisi terukur sehingga tidak ada semacam "indikator" progress yg positif -- itu masih level kesepakatan yang birokratis -- apa tah lagi .. tindakan tindakan kongkrit sementara waktu ini terus berjalan ..wow !!

belum lagi tarik ulur negara negara yang punya kepentingan.. bla..bla..bla..

dari sisi lain banyak (para pakar/penulis buku/pemerhati) orang sepakat bahwa arah kita ~~ semesta dunia kita ~~ ini memang sedang menuju "penghancuran".. begitu banyak indikator yang bisa kita sebutkan !!

diatas segalanya -- bukankah tulisan ini juga adalah sebuah sumbangan pemikiran untuk GB ..?

Akhir kata saya ingin mengutip sebuah hadis dari Muhammad.SAW (kami islam)
"cukuplah kematian sebagai penasihat"

mudah mudahan tulisan ini berguna bagi yang membacanya.

kesimpulannya :

- Mari kita sambut kematian sebagai konsekwensi logis dari GB
salah satu dengan berbuat baik bagi orang dan alam lingkungan
- GB tidaklah lebih besar dari kematian anda sebagai individu
- Mari kita persiapkan mati kita entah bersama sama nanti ataupun sendiri sendiri.
- jangan takut tentang kematian sebab ketakutan akan kematian pertanda kurangnya wawasan kita secara individu. maka belajarlah yang banyak..termasuk saya :-)


"wallahu alam bishowab"


salam,

Cy

Tidak ada komentar: